Introductions
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan beracun. Karena tidak tampak , tidak berasa dan juga tidak berbau asap beracun, CO bisa membunuh Anda sebelum Anda menyadarinya. Pada tingkat yang lebih rendah dari paparan, CO menyebabkan efek ringan yang sering keliru untuk flu. Gejala ini meliputi sakit kepala, pusing, disorientasi, mual dan kelelahan. Efek dari paparan CO dapat sangat bervariasi bagi masing2 individu, tergantung pada usia, kesehatan secara keseluruhan dan konsentrasi dan lama paparan.
Sumber CO
Pencemaran Udara saat kemacetan terjadi akan meningkat secara drastis.
Sumber keberadaan gas CO ini adalah pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar minyak bumi. Salah satunya adalah pembakaran bensin, di mana pada pembakaran yang terjadi di mesin motor, dapat menghasilkan pembakaran tidak sempurna dengan reaksi sebagai berikut.2 C8H18(g) + 17 O2(g) –>16 CO(g) + 18 H2O(g)Sumber lain yang menyebabkan terjadinya gas CO, selain pembakaran tidak sempurna bensin adalah pembakaran tidak sempurna yang terjadi pada proses industri, pembakaran sampah, pembakaran hutan, kapal terbang, dan lain-lain. Namun demikian, penyebab utama banyaknya gas CO di udara adalah pembakaran tidak sempurna dari bensin, yang mencapai 59%.
Berdasarkan sumber dari website www.epa.gov berikut persentase sumber pencemar CO yang ada di US.Dapat kita lihat sumber pencemar CO di US pada tahun 2008 yang memiliki persentase terbesar adalah dari kendaraan yaitu mencapai 80 persen lebih. Sedangkan sumber yang lain tidak lebih dari 5 persen. Oleh karena itu para produsen , mobil , sepeda motor, kapal terbang, kereta api dan kendaraan bermotor lainnya berlomba2 memproduksi kendaraan yang ramah lingkungan untuk menurunkan pencemaran udara.
Dampak Terhadap Kesehatan.
Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) :
Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)
Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin)
Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.
Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi CO-Hb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung.
Perbedaan paru-paru perokok dan yang bukan perokok.
Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan dengan 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka kana mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada akar tanaman.
Gas CO sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak berbau, berat jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya karena bereaksi dengan haemoglobin darah membentuk Carboxy haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke sel- sel tubuh terhalangi, sehingga gejala keracunan sesak nafas dan penderita pucat. Reaksi CO dapat menggantikan O2 dalam haemoglobin dengan reaksi :
02Hb + CO –> OHb + O2
Penurunan kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan, fungsi sistem kontrol syaraf turun serta fungsi jantung dan paru-paru menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Waktu tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat dioksidasi menjadi CO2 dalam atmosfer adalah HO dan HO2 radikal, atau oksigen dan ozon. Mikroorganisme tanah merupakan bahan yang dapat menghilangkan CO dari atmosfer.
Dari penelitian diketahui bahwa udara yang mengandung CO sebesar 120 ppm dapat dihilangkan selaIna 3 jam dengan cara mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971), dengan demikian mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari lingkungan, sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur penicillium dan Aspergillus
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1 sampai 3 minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tanam-tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas akan terhambat dengan pemberian CO selama 35 jam pada konsentrasi 2000 ppm. Demikian pula kemampuan untuk fiksasi nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanam-tanaman juga terhambat dengan pemberian CO sebesar 100 ppm selama satu bulan. Karena konsentrasi CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu sebentar, maka pengaruh CO terhadap tanam-tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata.
Kadar CO yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.
Referensi
- http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/karbon-monoksida-co/ ( Diakses Tanggal 25 Februari ’13)
- http://www.tutorvista.com/content/biology/biology-iv/environmental-pollution/air-pollution-effects.php#carbon-monoxide-(co) ( Diakses Tanggal 25 Februari ’13)
- http://www.epa.gov/eogapti1/course422/ap7a.html (Diakses Tanggal 25 Februari ’13)
- http://www.epa.gov/cgi-bin/broker?_service=data&_debug=0&_program=dataprog.national_1.sas&polchoice=CO ( diakses Tanggal 25 februari ’13)
- http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/karbonmonoksida-dan-dampaknya-terhadap-kesehatan/ (Diakses Tanggal 26 Februari ’13 )
PM (particulate matter) atau partikulat adalah suatu
istilah untuk partikel padatan maupun cair di udara. [4] Partikel berasal dari
berbagai sumber baik bergerak maupun stasioner sehingga sifat kimia dan fisika
partikel sangat bervariasi.
Partikel-partikel
ini memiliki berbagai ukuran dan bentuk serta dapat tersusun
dari ratusan bahan kimia yang berbeda. Partikel primer adalah partikulat yang diemisikan langsung dari sumber, seperti : lokasi konstruksi, jalan beraspal, ladang, cerobong asap, dan kebakaran. Partikel sekunder terbentuk melalui reaksi substansi kimia di
atmosfer seperti sulfur dioksida dan nitrogen
oksida yang dipancarkan dari pembangkit listrik, industri, dan kendaraan bermotor.
Partikulat dapat berupa "partikel
kasar," dengan diameter lebih besar dari
2,5 mikrometer dan lebih kecil
dari 10 mikrometer , dan "partikel halus," dengan diameter lebih
kecil dari 2,5 mikrometer.
Berdasarkan ukurannya, partikulat dibedakan seperti
pada gambar berikut.
Sumber : [1]
Sumber : [3]
Partikel kasar (PM10) memiliki diameter aerodinamis antara 2,5 μm dan 10 μm. PM10 terbentuk dari proses mekanik (misalnya penghancuran, penggilingan, abrasi permukaan), penguapan
semprotan, dan suspensi debu. PM10
terdiri dari oksida aluminosilikat dan oksida lainnya dari elemen kerak,
dan sumber-sumber utama termasuk debu dari jalan,
industri, pertanian, konstruksi dan pembongkaran, dan fly ash dari pembakaran bahan bakar fosil. Masa PM10 adalah dari
menit ke jam
dan jarak perjalanan yang bervariasi dari km
<1 km ke 10.
[3]
Partikel
halus memiliki diameter aerodinamis kurang dari 2,5 μm (PM2,5). Partikel-partikel ini terbentuk dari gas dan kondensasi uap
suhu tinggi selama pembakaran.
PM2,5 terdiri dari berbagai kombinasi senyawa sulfat, senyawa nitrat,
senyawa karbon, amonium, ion hidrogen, senyawa organik,
logam (Pb, Cd,
V, Ni , Cu, Zn, Mn, dan Fe), dan partikel
terikat air. Sumber utama PM2.5 adalah pembakaran
bahan bakar fosil, pembakaran
vegetasi, serta peleburan dan pengolahan logam. Masa PM2,5
di atmosfer adalah dari hari sampai minggu
dan rentang jarak
perjalanan dari 100 sampai 1000
km. [3]
Pada tahun 1971, United States EPA (Environmental Protection Agency) mendirikan NAAQS (National Ambient Air Quality Standard). Standar partikulat yang terdahulu adalah TSP (Total Suspended Particulate). Standar ini diganti pada tahun 1987 dengan partikel yang berukuran kurang dari 10 μm diameter aerodinamis (PM10). ditentukan konsentrasi rata-rata tahunan 50μg/m3 dan maksimum 24-jam sebesar 150μg/m3, berdasarkan nilai tertinggi selama 3 tahun periode. Pada tahun 1997, setelah meninjau penelitian ilmiah, EPA menyimpulkan bahwa partikel dengan diameter aerodinamis kurang dari 2,5 m (PM2.5) memiliki hubungan yang lebih besar dengan mortalitas dan morbiditas dari PM10. EPA menentukan PM2,5 tahunan standar pada konsentrasi 15 μg/m3 dan PM2,5 selama 24 jam pada tingkat 65 μg / m3. [3]
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senyawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. [8]
Ada lima mekanisme yang mempengaruhi deposisi partikel di dalam saluran pernafasan. Mekanisme utama yaitu pengendapan secara gravitasi, impaction dan difusi Brownian. Mekanisme lainnya yaitu gaya tarik elektrostatis dan intersepsi. Ada beberapa faktor yang juga mempengaruhi deposisi partikulat, yaitu cara bernafas, aktivitas fisik, usia, radang paru-paru, dan kondisi ambien (peningkatan temperature dan kehadiran polutan lain). [3]
Beberapa dampak partikulat :
a. Kesehatan manusia
Beberapa studi epidemiologi
menunjukkan keterkaitan PM10 dan khususnya PM2,5 dengan beberapa permasalahan
kesehatan. Ukuran partikulat sangat kecil sehingga mampu mencapai bagian
terdalam paru-paru dan bahkan sampai beredar dalam aliran darah. Beberapa gangguan
kesehatan akibat terhirupnya PM10 dan PM2,5 yaitu [3]:
ü Gangguan pernafasan kronis
(bronchitis)
ü ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut)
ü Asma
ü Penurunan fungsi paru-paru
ü Kanker paru-paru
ü Kematian dini
Selain mengganggu sistem pernafasan,
paparan PM10 dan PM2,5 juga menyebabkan iritasi pada mata. Orang berusia lanjut,
anak-anak, dan orang yang memiliki gangguan pernafasan adalah kelompok manusia
yang paling sensitive terhadap paparan partikulat.
b. Ekosistem dan Lingkungan
Partikel halus (PM2,5) adalah penyebab
utama berkurangnya jarak pandang manusia. Tidak hanya manusia yang akan mengalami gangguan pernafasan dan penglihatan, jika konsentrasi partikulat di ambien melebihi ambang batas, hewan pun akan mengalami hal yang sama.
c. Material
Partikulat di atmosfer dapat juga
mengotori dan merusak material. [5] Deposisi partikulat pada bangunan akan mengotori dan mengurangi estetika bangunan.
d. Tumbuhan
Paparan partikulat terhadap tumbuhan memberikan dampakpada beberapa organ tumbuhan. Partikulat dengan pH > 9 menyebabkan kerusakan jaringan pada daun tempatnya terdeposisi. Partikulat yang terdeposisi di permukaan daun menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan oleh daun untuk melakukan fotosintesis. Difusi gas dari daun ke udara pun terganggu akibat menempelnya partikulat. Deposisi partikulat di permukaan tanah mengakibatkan perubahan pH tanah yang secara tidak langsung berdampak buruk terhadap tumbuhan dan organisme di dalam tanah lainnya.
d. Tumbuhan
Paparan partikulat terhadap tumbuhan memberikan dampakpada beberapa organ tumbuhan. Partikulat dengan pH > 9 menyebabkan kerusakan jaringan pada daun tempatnya terdeposisi. Partikulat yang terdeposisi di permukaan daun menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan oleh daun untuk melakukan fotosintesis. Difusi gas dari daun ke udara pun terganggu akibat menempelnya partikulat. Deposisi partikulat di permukaan tanah mengakibatkan perubahan pH tanah yang secara tidak langsung berdampak buruk terhadap tumbuhan dan organisme di dalam tanah lainnya.
Batas Indeks
Standar Pencemar Udara dalam Satuan SI di dalam Pedoman Teknis Perhitungan dan
Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara [2] :
Sumber : [2]
Sumber : [2]
Paparan PM10
selama 24 jam yang melebihi 150ug/m3 telah mengganggu kesehatan manusia, khususnya golongan sensitif.
Penetapan ISPU diadopsi dari penelitian yang dilakukan US EPA, konsentrasi PM10
150 μg/m3 telah menimbulkan gangguan kesehatan bagi golongan sensitif. Batas
konsentrasi ini diadopsi pemenrintah Indonesia sebagai ambang batas konsentrasi
partikulat di udara ambien.
Golongan yang
paling berisiko terhadap paparan partikulat halus yaitu :
-
Orang
berusia lanjut
-
Penderita
penyakit paru-paru atau jantung
-
Anak-anak
-
Penderita
asma
Untuk
mengendalikan kadar partikulat baik kasar mau pun halus di ambien, unit
penyisihan partikulat dibutuhkan. Prinsip penyisihan partikulat yaitu
memanfatkan gaya yang mempengaruhi arah gerak partikulat sehingga partikulat
tersebut keluar dari arah aliran udara pembawanya. Alat penyisih partikulat
yang bias dipasang pada sumber emisi yaitu :
1. Gravity settler
2. Cyclones
3. Baghouse filter/fabric filter
4. Electrostatic precipitator
5. Wet scrubber
Referensi
1. Anonim, 2011. Sekilas Tentang Partikulat.
http://belajartekniklingkungan.blogspot.com/ diunduh pada 23 Februari 2013
2. Bapedal, 1998. Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks
StandarPencemar Udara.
http://www.cets-uii.org/BML/Udara/ISPU/ISPU%20%28Indeks%20Standar%20Pencemar%20Udara%29.htm diunduh pada 23 Februari 2013
3. Marian Flerro, 2000. Particulate Matter.
www.airinfonow.org/pdf/Particulate_Matter.pdf diunduh pada 23 Februari 2013
4. US EPA, 2013. Basic Information Particulate Matter (PM).
http://www.epa.gov/pm/basic.html
diunduh pada 23 Februari 2013
5. US EPA, 2013. Health Effects of Particulate Matter.
http://www.epa.gov/region7/air/quality/pmhealth.htm diunduh pada 23 Februari 2013
6. Yenni Ruslinda, . Pengendalian Pencemar Udara Partikulat
http://ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/17907/mod_resource/content/1/Pemantauan%20dan%20Pengendalian%20Pencemaran%20Udara%207.pdf diunduh pada 26 Februari 2013
7. Santosh Kumar, 2012. Ecological Effects of Airborne Particulate Matter on Plants.
http://www.iaees.org/publications/journals/environsc/articles/2012-1(1)/ecological-effect-of-airborne-particulate-matter-on-plants.pdf. diunduh pada 27 Februari 2013
8. Depkes, 1999. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
http://www.iaees.org/publications/journals/environsc/articles/2012-1(1)/ecological-effect-of-airborne-particulate-matter-on-plants.pdf. diunduh pada 27 Februari 2013
8. Depkes, 1999. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF diunduh pada 27 Februari 2013
Ozon
merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen
dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah
kecil, lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat berguna untuk
melindungi bu mi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada
ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm
secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen
tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat
membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah
panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon
didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik. [6]
Ozon ialah polutan sekunder yang terbentuk dari reaksi fotokimia antara nitrogen oksida (NOx) dan senyawa organik volatil (VOC) seperti
metana dan karbon monoksida. Proses pembentukan ozon cukup kompleks dan
tergantung pada sinar matahari, faktor geografis, serta ketersediaan prekursor.[3]
Sumber : [3]
Mayoritas emisi prekursor ozon
berasal dari sumber antropogenik. Aktivitas manusia yang berkontribusi terhadap
pembentukan ozon yaitu transportasi (kendaraan bermotor dan pelayaran maritim internasional), proses
pembakaran dalam produksi
energi dan industri, penggunaan
pelarut, pembakaran biomassa, dan kegiatan pertanian. Konsentrasi
ozon di Negara Eropa berkisar antara 40 -80 µg/m3. [3]
Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya berkisar antara 10–100ug/m3 (0,005–0,05 ppm). Diwilayah pedesaan kadar ozon dapat menjadi tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara yang berasal dari perkotaan. Didaerah perkotaan yang besar, tingkat ozon atau total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300–800 ug/m3 (0,15-0,40 ppm) atau lebih.
5–30% hasil pemantauan di beberapa kota besar didapatkan kadar oksida maksimum 1jam yang melampaui 200 ug/m3 (0,1 ppm). [6]
Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya berkisar antara 10–100ug/m3 (0,005–0,05 ppm). Diwilayah pedesaan kadar ozon dapat menjadi tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara yang berasal dari perkotaan. Didaerah perkotaan yang besar, tingkat ozon atau total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300–800 ug/m3 (0,15-0,40 ppm) atau lebih.
5–30% hasil pemantauan di beberapa kota besar didapatkan kadar oksida maksimum 1jam yang melampaui 200 ug/m3 (0,1 ppm). [6]
Paparan utama terhadap ozon adalah ketika manusia menghirup udara ambien
yang mengandung ozon. Laju paparan terhadap seorang individu berkaitan dengan
konsentrasi ozon di udara sekitar dan volume udara yang dihirup per menit.
Jumlah kumulatif paparan adalah fungsi baik laju maupun durasi paparan. [2]
Sumber : [2]
Dalam paru-paru, ozon bereaksi cepat dengan sejumlah biomolekul, terutama yang mengandung tiol atau kelompok amina atau ikatan karbon-karbon tak jenuh. Reaksi inii dan produk yang dihasilkan masih belum dikarakterisasi, tetapi efek utama dari paparan ozon yang dimediasi oleh radikal bebas dan oksidan lainnya di ELF yang kemudian bereaksi dengan sel-sel epitel yang mendasari, sel-sel imunitas tubuh, dan dengan reseptor saraf di dinding saluran pernafasan. [2]
Efek psikologis utama dari paparan singkat ozon adalah
tidak mampu menghirup nafas sampai kapasitas total paru-paru. Beberapa gejala
gangguan pernafasan akibat paparan ozon yaitu :
-
Batuk
-
Iritasi tenggorokan
-
Sakit, rasa terbakar, atau rasa nyeri di dada saat menarik nafas panjang
-
Bernafas pendek
Efek-efek tersebut bersifat reversible dengan masa pemulihan bervariasi
mulai beberapa jam sampai 48 jam setelah paparan ozon. [2]
Efek lain induksi ozon yang berhubungan dengan cedera dan respon sistem
pernafasan yaitu [2]:
-
Peningkatan obstruksi saluran kecil pernafasan
-
Peningkatan reaktivitas saluran pernafasan non spesifik
-
Penurunan aktivitas fagositik makrofag alveolus
Beberapa penelitian yang dirangkum
oleh US EPA menunjukkan bahwa [2] :
-
Ozon diasosiasikan dengan peningkatan angka mortalitas
-
Efek sebenarnya ozon terhadap mortalitas lebih banyak terjadi pada orang
berusia lanjut
-
Hubungan utama ozon dengan mortalitas terjadi selama musim panas
Penelitian oleh laboratorium hewan secara konsisten
mendemonstrasikan bahwa paparan jangka panjang oleh konsentrasi ozon melebihi
batas ambien menghasilkan perubahan morfologi persisten yang menandakan
penyakit pernafasan kronis. [2]
Beberapa spesies tumbuhan akan mengalami luka bila
terpapar ozon pada konsentrasi di atas 120 ug/m3. Ozon dapat
bereaksi dengan SO2 yang juga dapat melukai beberapa spesies tanaman. Efek pada vegetasi lainnya yaitu penuaan dini daun dan pengurangan hasil panen.
Batas Indeks Standar Pencemar Udara dalam Satuan SI di dalam Pedoman
Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara
[1] :
Sumber : [1]
Paparan ozon selama 1 jam sebesar 235 ug/m3
ditetapkan sebagai ambang batas konsentrasi yang belum mengganggu kesehatan
manusia. Jika paparan yang terjadi melebihi ambang batas, kesehatan manusia
mulai terganggu.
Rentang konsentrasi ozon dan efeknya berdasarkan data dari IOA yaitu [4]
:
0,001 ppm
Nilai terendah yang terdeteksi oleh manusia hipersensitif. Terlalu rendah untuk
mengukur secara akurat dengan peralatan elektronik.
0,003 ppm
Ambang persepsi bau di lingkungan laboratorium, 50 % tingkat kepercayaan.
0,003 ppm sampai 0,010 ppm
0,003 ppm sampai 0,010 ppm
Ambang persepsi bau oleh rata-rata orang pada udara bersih. Mudah terdeteksi oleh orang normal. Konsentrasi dapat diukur dengan akurat.
Konsentrasi ozon diukur pada rumah dan kantor dilengkapi dengan alat pembersih udara elektronik ketika tingkat ozon di luar ruangan rendah. Infiltrasi ozon dari luar ruangan dapat menyebabkan konsentrasi dalam ruangan yang lebih tinggi.
0,020 ppm
Ambang persepsi bau di lingkungan laboratorium, 90% tingkat kepercayaan.
0,001-0,125 ppm
0,001-0,125 ppm
Konsentrasi ozon yang ditemukan secara alamiah di atmosfer. Tingkat konsentrasi bervariasi dengan ketinggian,
kondisi atmosfer dan lokal.
0,020 - 0,040 ppm
Konsentrasi
oksidan total rata-rata di beberapa kota besar pada tahun 1964. Sekitar 95% atau lebih besar dari oksidan umumnya dianggap sebagai ozon.
0,040 ppm
CSA batas maksimum untuk perangkat untuk penggunaan rumah
tangga. Diukur sebagai konsentrasi berkelanjutan dalam ruang ujian.
0,050 ppm
Konsentrasi ozon maksimum yang diizinkan oleh ASHRAE di dalam
ruangan ber-AC dan berventilasi.
0,050 ppm
0,050 ppm
Konsentrasi ozon maksimum yang dihasilkan
oleh pembersih udara elektronik dan perangkat perumahan yang sesuai dengan
usulan amandemen UU Makanan, Obat dan Kosmetik Federal.
0,064 ppm
0,064 ppm
Usulan standar kualitas udara ambien nasional untuk oksidan fotokimia (maksimal 1 jam konsentrasi
untuk tidak melebihi sekali per tahun).
0.100 ppm
Ozon konsentrasi maksimum yang diizinkan dalam
wilayah kerja industri: paparan terhadap manusia
diperbolehkan 8 jam per hari, 6 hari
seminggu.
0.100 ppm
Konsentrasi ozon maksimum kontinu yang diijinkan (per US Navy_ di tempat terbatas seperti
kapal selam atom.
0.100 ppm
Batas maksimum yang diizinkan untuk industri, ruang publik, atau diduduki
di Inggris, Jepang, Perancis, Belanda dan Jerman.
0,15-0,51 ppm
Puncak
konsentrasi ozon di kota-kota Amerika.
0,200 ppm
Kontak yang terlalu lama dengan manusia di
bawah kondisi kerja dan eksperimental tidak menghasilkan efek sakit diketahui. Tingkat ambang ketika iritasi hidung dan tenggorokan akan menghasilkan dampaknya menjadi sekitar 0,300 ppm.
0,300 ppm
Tingkat ozon di mana beberapa spesies tanaman hidup mulai menunjukkan
tanda-tanda efek ozon. Cedera dedaunan muncul sebagai noda gelap, bintik-bintik cahaya, patch mati dan peluruhan warna secara umum. Stomata (pori-pori) dari daun dewasa adalah area
pertama yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
0,500 ppm
0,500 ppm
Tingkat ozon di mana Los Angeles, California, menyatakan Siaga Smog yang No 1. Dapat menyebabkan mual
dan sakit kepala pada beberapa individu. Paparan yang lebih lama bisa menyebabkan edema paru (akumulasi abnormal cairan
serosa dalam jaringan ikat atau rongga serosa). Meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi pernafasan.
1,00-2,00 ppm
Los Angeles, California, menyatakan Siaga Smog yang No 2 pada konsentrasi ozon 1,00 ppm dan Siaga Smog No. 3 pada 1,500 ppm. Pada rentang ini berbagai konsentrasi ozon yang terhirup oleh
relawan manusia selama 2 jam menyebabkan
gejala yang dapat ditoleransi tanpa inkapasitasi dengan gejala
mereda setelah beberapa hari. Gejala-gejalanya sakit kepala, nyeri di dada, dan
kekeringan pada saluran pernapasan.
1,40-5,60 ppm
Kacang pinto terkena 1,4-5,0 ppm konsentrasi ozon selama 70 menit
menunjukkan beberapa tanda-tanda cedera parah pada daun dewasa.
5,00-25,00 ppm
Percobaan menunjukkan bahwa paparan 3 jam pada 12 ppm adalah mematikan bagi
babi Guinea. Tukang las yang terkena 9 ppm ditambah polusi udara lainnya menderita edema paru. Rontgen dada masih normal dalam 2 sampai 3 minggu, tapi 9 bulan kemudian mereka masih mengeluh
kelelahan dan exertional dyspnea (labored respiration).
25,00 ppm dan lebih
25,00 ppm dan lebih
Konsentrasi ozon yang berbahaya bagi kehidupan manusia tidak diketahui,
tetapi atas dasar percobaan terhadap hewan, dan
paparan pada konsentrasi 50 ppm selama 60 menit mungkin akan berakibat fatal
Untuk mengendalikan pencemaran oleh ozon, emisi VOC
oleh sumber industry harus dibatasi sesuai baku mutu yang ditetapkan.
Referensi
1. Bapedal,
1998. Pedoman Teknis Perhitungan dan
Pelaporan Serta Informasi Indeks StandarPencemar Udara.
http://www.cets-uii.org/BML/Udara/ISPU/ISPU%20%28Indeks%20Standar%20Pencemar%20Udara%29.htm
diunduh pada 23 Februari 2013
2. US EPA, 2012. Health Effects of Ozone in the General Population
http://www.epa.gov/apti/ozonehealth/population.html diunduh pada 23 Februari 2013
3. WHO Europe, 2008. Health Risks of Ozonefrom Long-Range
Transboundary Air Pollution.
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/78647/E91843.pdf diunduh pada 23 Februari 2013
4. Zdenek Rasplicka, .Ozone Levels and Their Effects.
http://www.ozonelab.com/articles/007.htm
diunduh pada 23 Februari 2013
5. US EPA, 2012. Air Pollution Control (Ozone).
http://www.epa.gov/region6/6pd/air/pd-l/control.htm
diunduh pada 26 Februari 2013
6. Depkes, 1999. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF diunduh pada 27 Februari 2013
7. APIS, 2012. Impact of Photochemical Oxidants (Ozone).
http://www.apis.ac.uk/overview/issues/overview_PhotoOx.htm diunduh pada 27 Februari 2013
6. Depkes, 1999. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF diunduh pada 27 Februari 2013
7. APIS, 2012. Impact of Photochemical Oxidants (Ozone).
http://www.apis.ac.uk/overview/issues/overview_PhotoOx.htm diunduh pada 27 Februari 2013